0 0
Read Time:4 Minute, 9 Second

Jakarta, 17 September 2025 – Impor mobil listrik naik tajam di Indonesia pada Agustus 2025, mencapai 7.947 unit kendaraan utuh (CBU), sementara penjualan Low Cost Green Car (LCGC) mengalami tekanan dengan hanya 8.270 unit. Data ini dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Kapan? Penurunan terjadi sepanjang Agustus 2025, dibandingkan Juli 2025. Di mana? Pasar nasional Indonesia. Mengapa? Karena insentif pemerintah mendorong adopsi EV, sementara LCGC kalah saing dengan harga dan fitur impor. Bagaimana? Impor EV CBU mendominasi 61% dari total impor, menandai pergeseran preferensi konsumen ke elektrifikasi.

Baca juga: Tutup Radiator: Komponen Kecil yang Menentukan Umur Mesin

Penurunan Penjualan LCGC di Agustus 2025

Gaikindo mencatat distribusi LCGC dari pabrik ke dealer turun menjadi 8.270 unit pada Agustus 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan 8.923 unit di Juli 2025. Selain itu, dibandingkan Agustus 2024 yang mencapai 15.693 unit, penurunan mencapai hampir setengahnya. Oleh karena itu, pasar LCGC mengalami tekanan signifikan.

Secara kumulatif, penjualan LCGC dari Januari hingga Agustus 2025 mencapai 81.256 unit. Kontribusi LCGC terhadap total pasar otomotif nasional sebesar 500.951 unit hanya 16,2%. Dengan demikian, pangsa pasar menyusut dibandingkan periode sama tahun lalu. Pada Januari-Agustus 2024, LCGC terjual 120.145 unit dari total 560.552 unit, atau 21,4%. Penurunan ini menunjukkan tren negatif yang berkelanjutan.

Program LCGC diluncurkan pada 2013 untuk mendukung kendaraan hemat energi berharga terjangkau. Namun, kini perannya mulai pudar. Misalnya, insentif pajak dan dukungan lokal tidak cukup menahan serbuan impor. Oleh sebab itu, produsen domestik harus beradaptasi dengan cepat untuk mempertahankan posisi.

Lonjakan Impor Mobil Listrik Naik Tajam

Impor mobil listrik naik tajam menjadi sorotan utama di Agustus 2025. Gaikindo laporkan 7.947 unit EV CBU masuk ke Indonesia, dari total impor CBU 12.924 unit. Rasio ini mencapai 61%, jauh lebih tinggi dari Agustus 2024 yang hanya 2.908 unit atau 34% dari 8.350 unit total impor.

Peningkatan ini didorong oleh kebijakan pemerintah yang mempercepat elektrifikasi. Selain itu, konsumen semakin memilih EV karena biaya operasional rendah dan kesadaran lingkungan. Dengan demikian, impor mobil listrik naik tajam memengaruhi dinamika pasar secara keseluruhan.

Data Gaikindo menunjukkan tren bulanan yang konsisten. Misalnya, pada Juli 2025, impor EV sudah menunjukkan kenaikan, tapi Agustus melampaui ekspektasi. Oleh karena itu, infrastruktur charging dan regulasi impor memainkan peran kunci dalam lonjakan ini. Produsen asing memanfaatkan celah ini untuk mendominasi segmen entry-level.

Dampak Impor Mobil Listrik terhadap Pasar LCGC

Impor mobil listrik naik tajam secara langsung menekan pasar LCGC. LCGC yang dirancang untuk efisiensi bahan bakar kalah bersaing dengan EV yang menawarkan nol emisi. Selain itu, harga EV impor sering kali kompetitif berkat subsidi ekspor dari negara asal.

Gaikindo mengamati bahwa total pasar otomotif nasional Januari-Agustus 2025 mencapai 500.951 unit, turun dari 560.552 unit tahun sebelumnya. Kontribusi LCGC menyusut hampir lima poin persentase. Dengan demikian, produsen LCGC seperti Toyota dan Honda menghadapi tantangan stok dan permintaan.

Lebih lanjut, pemerintah terus dorong program LCGC melalui insentif pajak rendah. Namun, tanpa inovasi, segmen ini berisiko tersingkir. Misalnya, beberapa model LCGC kini dilengkapi hybrid ringan, tapi masih kalah populer dengan EV murni. Oleh sebab itu, transisi ke elektrifikasi menjadi keharusan bagi industri lokal.

Strategi Pemerintah dan Industri Otomotif Indonesia

Pemerintah Indonesia berkomitmen percepat adopsi EV melalui berbagai kebijakan. Insentif seperti pembebasan pajak impor untuk CBU EV hingga 2030 mendorong impor mobil listrik naik tajam. Selain itu, target 2 juta unit EV pada 2030 memerlukan infrastruktur pendukung seperti 10.000 stasiun charging.

Gaikindo merekomendasikan hibridisasi produksi lokal. Sementara itu, pabrik-pabrik di Indonesia mulai investasi di baterai dan komponen EV. Dengan demikian, ketergantungan impor bisa dikurangi secara bertahap. Fakta ini didukung oleh data penjualan yang menunjukkan EV menyumbang 1,5% dari total pasar Agustus 2025.

Ahli industri menyatakan bahwa LCGC perlu evolusi menjadi EV murah. “Kita harus siapkan ekosistem lengkap untuk EV domestik,” kata seorang analis Gaikindo secara tidak langsung dalam laporan. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah dan swasta krusial untuk keseimbangan pasar.

Prospek Pasar Otomotif ke Depan

Meskipun pasar LCGC tertekan, prospek EV cerah. Impor mobil listrik naik tajam berpotensi capai 100.000 unit tahunan jika tren berlanjut. Namun, tantangan seperti rantai pasok global dan fluktuasi mata uang harus diatasi.

Baca juga: Xiaomi Masuk 10 Besar Pasar Mobil Listrik China, Capaian Mengejutkan dalam Setahun

Prediksi Gaikindo menunjukkan pemulihan pasar total pada akhir 2025, didorong EV. Selain itu, program konversi kendaraan lama ke listrik bisa bantu transisi. Dengan demikian, konsumen diharapkan beralih lebih cepat ke opsi hijau.

Di sisi lain, LCGC tetap relevan untuk daerah pedesaan dengan infrastruktur terbatas. Oleh sebab itu, segmentasi pasar menjadi strategi cerdas bagi produsen.

Impor mobil listrik naik tajam ke 7.947 unit di Agustus 2025 tekan penjualan LCGC yang turun ke 8.270 unit, menurut Gaikindo. Tren ini tunjukkan pergeseran ke elektrifikasi, dengan kumulatif LCGC 81.256 unit atau 16,2% pasar nasional. Ke depan, inovasi lokal dan insentif pemerintah diharapkan seimbangkan dinamika, dorong industri otomotif Indonesia capai target EV 2030. Ahli prediksi lonjakan impor berlanjut, tapi produksi domestik bisa pulihkan LCGC melalui hybrid.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %