Spyreviews – Nissan drops electric Ariya sebagai bagian dari restrukturisasi global, dengan produksi di Jepang dihentikan pada 2025. Keputusan ini dipicu oleh penjualan lemah dan pergeseran strategi EV, sementara model tetap dijual di AS. Temukan detail lengkap alasan, dampak, dan rencana masa depan Nissan di industri otomotif listrik.
Baca juga: Impor Mobil Listrik Naik Tajam, Pasar LCGC di Indonesia Tertekan di Agustus 2025
Nissan drops electric Ariya, model SUV listrik andalannya, dalam langkah besar untuk menyesuaikan portofolio kendaraan dengan realitas pasar. Pengumuman ini datang dari eksekutif Nissan pada 18 September 2025, di tengah tekanan global untuk elektrifikasi. Produksi Ariya di fasilitas Jepang akan diakhiri pada akhir 2025, meskipun penjualan berlanjut di pasar seperti Amerika Serikat. Strategi ini mencerminkan tantangan penjualan rendah dan kompetisi ketat dari rival seperti Tesla dan Hyundai. Selain itu, Nissan drops electric Ariya untuk fokus pada model baru yang lebih kompetitif, seperti generasi kedua Leaf dan crossover listrik lainnya. Langkah ini menjadi bagian dari rencana “The Arc” yang bertujuan merevitalisasi merek Jepang tersebut di era EV.
Latar Belakang Keputusan Nissan Drops Electric Ariya
Nissan drops electric Ariya setelah model ini diluncurkan pada 2022 sebagai pilar utama strategi elektrifikasi. Awalnya, Ariya menjanjikan desain stylish dan jangkauan hingga 300 mil, tapi penjualan global hanya mencapai sekitar 50.000 unit per tahun, jauh di bawah target. Perusahaan menghadapi penurunan permintaan EV di Eropa dan Jepang akibat subsidi yang berkurang dan infrastruktur charging yang terbatas. Oleh karena itu, eksekutif Nissan memilih untuk mengalihkan sumber daya ke model yang lebih prospektif.
Selanjutnya, keputusan ini selaras dengan restrukturisasi lebih luas di bawah CEO Makoto Uchida. Pada 2024, Nissan mengumumkan pemotongan biaya sebesar 700 miliar yen untuk mengatasi kerugian operasional. Di sisi lain, Ariya tetap diproduksi di pabrik di Tochigi, Jepang, tapi output akan dikurangi secara bertahap. Dengan demikian, Nissan drops electric Ariya tanpa menghentikan distribusi stok yang ada. Fakta ini menunjukkan adaptasi cepat terhadap dinamika pasar, di mana EV premium seperti Ariya kesulitan bersaing dengan opsi lebih murah. Akhirnya, langkah ini memengaruhi mitra pemasok, yang kini harus menyesuaikan rantai pasok.
Alasan Utama Nissan Drops Electric Ariya: Penjualan Lemah dan Kompetisi
Penjualan Ariya yang mengecewakan menjadi pemicu utama Nissan drops electric Ariya. Di AS, model ini hanya terjual 10.000 unit pada 2024, dibandingkan 100.000 unit untuk Tesla Model Y. Di Eropa, regulasi emisi ketat mendorong adopsi, tapi harga Ariya mulai dari $40.000 membuatnya kurang menarik bagi konsumen massal. Makoto Uchida, CEO Nissan, menyatakan, “Kami harus realistis dengan portofolio kami dan fokus pada apa yang benar-benar diminati pasar.” Kutipan ini menekankan prioritas efisiensi.
Lebih lanjut, kompetisi dari Hyundai Ioniq 5 dan Kia EV6, yang menawarkan teknologi lebih canggih dengan harga serupa, memperburuk situasi. Selain itu, kenaikan biaya baterai akibat fluktuasi bahan baku seperti lithium memengaruhi margin keuntungan. Oleh karena itu, Nissan drops electric Ariya untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Di Jepang, pasar domestik juga lesu, dengan hanya 5.000 unit terjual tahun lalu. Dengan demikian, keputusan ini bukan akhir dari komitmen EV Nissan, tapi penyesuaian strategis. Data dari Automotive News menunjukkan bahwa EV Nissan secara keseluruhan hanya menyumbang 10 persen penjualan global pada 2025.
Dampak Produksi dan Pasar Setelah Nissan Drops Electric Ariya
Nissan drops electric Ariya akan menghentikan produksi di Tochigi pada Desember 2025, memengaruhi sekitar 1.000 pekerja di lini perakitan. Perusahaan berencana memindahkan sumber daya ke produksi Rogue hybrid dan model listrik baru. Di AS, stok Ariya akan tetap tersedia hingga 2026, dengan insentif diskon hingga 20 persen untuk mendorong penjualan. Namun, tidak ada rencana impor dari pabrik lain seperti di China.
Selanjutnya, pemasok komponen seperti baterai dari Envision AESC menghadapi penurunan pesanan, yang bisa memicu pemutusan hubungan kerja. Oleh karena itu, Nissan drops memicu kekhawatiran di rantai pasok global. Di Eropa, model akan digantikan oleh crossover listrik baru berdasarkan platform CMF-EV. Fakta menunjukkan bahwa penjualan EV Jepang secara keseluruhan turun 15 persen tahun ini. Dengan demikian, dampak ini meluas ke ekosistem otomotif, mendorong inovasi lebih cepat. Akhirnya, konsumen setia Ariya bisa beralih ke Leaf facelift, yang tetap menjadi andalan EV Nissan.
Strategi Masa Depan Nissan Pasca Nissan Drops Electric Ariya
Setelah Nissan drops electric Ariya, perusahaan mempercepat pengembangan model EV baru di bawah rencana “The Arc” hingga 2027. Ini termasuk peluncuran SUV listrik kompak pada 2026 dan sedan otonom pada 2028. Investasi sebesar $20 miliar dialokasikan untuk elektrifikasi, dengan fokus pada pasar AS dan China. Selain itu, kemitraan dengan Renault dan Mitsubishi akan berbagi platform untuk mengurangi biaya pengembangan.
Lebih lanjut, Nissan berencana meluncurkan 16 model EV baru hingga 2030, termasuk varian hybrid untuk transisi. Oleh karena itu, Nissan drops menjadi katalisator untuk inovasi, bukan kemunduran. Uchida menambahkan, “Kami akan kembali lebih kuat dengan produk yang sesuai kebutuhan pelanggan.” Di sisi lain, strategi ini mencakup peningkatan charging station di Jepang melalui kolaborasi dengan pemerintah. Data proyeksi menunjukkan penjualan EV Nissan naik 30 persen pada 2027. Dengan demikian, langkah ini memposisikan Nissan lebih kompetitif di pasar global yang volatile.
Analisis Industri dan Respons Pesaing
Nissan drops electric Ariya mencerminkan tren lebih luas di industri otomotif Jepang. Toyota dan Honda juga menunda target EV murni, memilih hybrid sebagai jembatan. Kompetitor seperti GM dan Ford terus mendorong EV, tapi menghadapi tantangan serupa dengan penjualan yang fluktuatif. Analis dari BloombergNEF memprediksi bahwa 20 persen model EV akan dihentikan dalam dua tahun ke depan karena overcapacity.
Baca juga: Memahami Kebutuhan Oli Mobil Konvensional vs Mobil Listrik
Selanjutnya, keputusan ini memengaruhi harga pasar, di mana stok Ariya bekas bisa turun 10-15 persen. Oleh karena itu, konsumen mendapat peluang membeli dengan harga lebih rendah. Di AS, regulasi IRA (Inflation Reduction Act) memberikan kredit pajak $7.500 untuk EV Nissan, yang membantu penjualan sisa. Dengan demikian, Nissan drops menjadi pelajaran bagi merek lain untuk diversifikasi. Ahli seperti Tim Urquhart dari IHS Markit menyatakan, “Penghentian model seperti Ariya menunjukkan bahwa elektrifikasi butuh waktu lebih lama dari yang diharapkan.”
Dampak Lingkungan dan Ekonomi dari Nissan Drops Electric Ariya
Nissan drops electric Ariya berpotensi memperlambat emisi nol di segmen SUV, tapi perusahaan kompensasi dengan model lain. Secara ekonomi, langkah ini menghemat biaya produksi hingga $500 juta per tahun. Namun, pekerja di Tochigi memerlukan program pelatihan ulang untuk lini baru. Selain itu, ekspor Ariya ke 20 negara akan berhenti, memengaruhi neraca perdagangan Jepang.
Lebih lanjut, fokus pada hybrid seperti Rogue mendukung target emisi nasional Jepang. Oleh karena itu, Nissan drops tidak menghalangi komitmen berkelanjutan. Data dari IEA menunjukkan bahwa EV global masih tumbuh 25 persen tahun ini, meski ada penyesuaian. Dengan demikian, dampak ini bersifat sementara, dengan potensi rebound melalui inovasi.
Rangkuman dan Prediksi Ke Depan Setelah Nissan Drops Electric Ariya
Secara ringkas, Nissan drops pada 18 September 2025, dengan produksi di Jepang dihentikan akhir tahun karena penjualan lemah dan strategi restrukturisasi. Langkah ini memengaruhi pemasok dan pekerja, tapi stok tetap dijual di AS. Menjawab 5W+1H: Apa (penghentian produksi Ariya), Siapa (Nissan dan eksekutif seperti Uchida), Kapan (pengumuman 18/9/2025, akhir produksi 2025), Di Mana (pabrik Tochigi, Jepang; pasar AS/Eropa), Mengapa (penjualan rendah, kompetisi, biaya tinggi), Bagaimana (pemotongan bertahap, alih sumber daya ke model baru).
Ke depan, Nissan drops membuka jalan untuk lineup EV lebih kuat, dengan prediksi penjualan pulih pada 2027. Ahli memprediksi, “Restrukturisasi ini akan membuat Nissan lebih agile di pasar EV.” Pantau update untuk model pengganti dan perkembangan strategi global.
